Ummatmanusia sudah berada dipuncak kerusakan moral yang semakin parah. Umat Islam di akhir zaman, yang semestinya memberi contoh kepada umat yang lain, justru telah melakukan pelanggaran melampaui
SelamatkanGenerasi Muda dari Para Perusak. Nur Fitri Hadi, MA. May 24, 2012. Nasehat. 1 Comment. Pada zaman kita ini tipu daya orang-orang kafir semakin meningkat, sampai tipu daya ini memasuki rumah-rumah kaum
khutbahjum’at : sedekah dari harta yang halal dan sedikit; khutbah jum’at : sedekah kita untuk tawasul terbebas dari musibah; janda yang mengaku zina dan hamil sebelum 4 tahun perceraian; tkw menikah lagi karena suaminya tak di ketahui rimbanya; mutiara hikmah, inspirasi dan motivasi dalam kehidupan; tags
Bandung Barat-“Dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan ALLAH. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta”. (QS.al-An’am ayat 6). MEREKA, golongan yang sedikit, terasing dan selamat itu tidaklah
NabiIbrahim dipilih oleh Allah swt sebagai pemimpin bagi ummat manusia karena kesempurnaannya dalam mensikapi segala bentuk ujian . Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan ) lalu Ibrahim dengan sempurna menunaikannya.
contoh karya teknik potong lipat dan sambung kelas 3 sd. Di zaman akhir seperti sekarang, yang mengemuka adalah orang-orang dengan perangai buruk. Lebih mementingkan diri sendiri, menonjolkan yang dimiliki dengan menafikan pihak lain. Sifat sombong demikian melekat dan membuang jauh-jauh sifat tawadhu atau rendah hati. Karenanya di kesempatan ini khatib mengingatkan pentingnya sifat tawadhu tersebut menjadi bagian dalam keseharian. Lebih menyadari kesalahan diri dan mengapresiasi kelebihan orang lain. Terus berprasangka baik kepada kalangan berbeda dan menganggap diri hina dan tak pantas dimuliakan. Sifat tawadhu adalah mutiara di era saat ini karena memang sedikit yang menjaga sifat tersebut. Karenanya, selamatlah mereka yang memegang teguh sifat tawadhu dan membuang jauh-jauh perangai sombong. Untuk mencetak materi khutbah ini silakan tekan gambar printer, dan jamaah dapat menggandakan materi untuk disebar ke masjid atau khatib yang lain. Semoga memberikan manfaat. Redaksi Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا Jamaah Jumat Rahimakumullah Hal yang terus disampaikan oleh khatib di hadapan hadirin sekalian adalah pesan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Dan kalau kita menyadari sekaligus merenung, tentu ada makna yang lebih ditekankan mengapa pesan takwallah tersebut menjadi hal yang tidak terpisahklan saat ibadah shalat Jumat. Dalam artian selalu diingatkan khatib, maka sejatinya memang takwa adalah hal penting bagi seorang muslim. Apalagi orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati. Jamaah yang Berbahagia Tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada mereka semua. Hal ini guna mengubur sifat sombong yang kerap kali bergelora dalam diri kita. Tawadhu penting kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kepada Allah SWT maupun kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia, hewan, tetumbuhan, dan sebagainya. Lawan dari tawadhu adalah sombong. Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul kisah Iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS. Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya, Iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam as diciptakan dari tanah. Jamaah yang Dirahmati Allah Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa lebih baik dari makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia biasa. Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan mata terlihat buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi yang baik. Imam al-Ghazali memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat siapa saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau kafir sekalipun. Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan hari-hari kita tidak pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya. Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil itu lebih baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita dalam beribadah kepada Allah. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa mereka lebih baik daripada kita. Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga harus meyakini kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan kita tetap bermaksiat, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut salah dan dilarang Allah SWT. Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab, mungkin saja di suatu saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak, ia mengucapkan syahadat dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan. Hal demikian bukanlah sesuatu yang mustahil dan memang banyak terjadi. Hadirin Hafidlakumullah Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi mengulanginya di kemudian hari dan menggantinya dengan sikap dan laku yang baik. Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru mencari dan menemukan kebaikannya untuk kita tiru, kita teladani sebaik mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui hal tersebut, yakni dengan berlaku baik. Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang utama. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63 وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا Artinya Adapun hamba-hamba utama Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, mereka mengucapkan salam’. Imam Abu Ishaq Ats-Tsa’labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an, menjelaskan bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hamba utama, yakni orang yang tawadhu, rendah hati. Bahkan, jika ada orang yang mengkhutbahi’, menasihati dengan kata-kata yang justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap menjawabnya dengan doa keselamatan. Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu menjawab dengan perkataan yang menyelamatkannya dari dosa. Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari dosa-dosa berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan kepadanya. Kita justru akan menjawab perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu dengan mendoakan keselamatan, tetap menjaga etika dan akhlak kita, baik secara perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyairi dalam kitab tafsirnya, Lathaiful Isyarat. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits التَّوَاضُعُ مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ وَالْفُرَاعِنَةِ Artinya Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para firaun. Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu akhlaknya para Nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit diterapkan karena beragam hal, mulai merasa diri pintar karena berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu berjamaah di masjid, misalnya, dan sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita akan terbiasa bersikap demikian. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ كَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الذى هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له، واشهد ان سيدنا ومولانا محمد صاحب هداة الامة، وعلى آله وصحبه الذين نالوا درجات العليا مع المغفرة. اللهم فصل وسلم على حبيبك ورسولك سيدنا محمد خير الرسل الكرام البررة. اما بعد اُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Ma’âsayairal hâdlirîn, hafidhakumullâh, Di hari yang mulia, pada Jumat yang dijuluki sebagai sayyidul ayyam rajanya hari ini, marilah kita bersyukur atas nikmat tak terhitung dari Allah yang telah dilimpahkan kepada kita terutama nikmat iman dan kesehatan. Melalui mimbar ini pula, kami ingin mengajak dan berwasiat khususnya kepada diri saya pribadi, marilah kita tingkatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ dengan cara menjaga dan melaksanakan semua perintah dan pada saat yang sama kita tinggalkan aneka macam larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya. Hanya dengan cara inilah insyaallah kita akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak, amin. Hadlirin hafidhakumullâh, Pada suatu ketika nanti, manusia akan menghadapi suasana yang sangat mencekam dan menakuntukan. Di saat itu, manusia dikumpulkan di padang mahsyar kelak pada hari kiamat. Jarak antara matahari dan manusia sangat dekat. Sehingga yang dirasakan adalah kepanasan luar biasa. Air keringat mereka bercucuran mengalir, tidak hanya membasahi sekujur tubuh, namun bisa sampai membanjiri tubuh masing-masing sesuai dengan amal masing-masing saat hidup di dunia. Ada yang membanjiri seseorang setinggi mata kaki. tapi tidak sedikit juga yang sampai menenggelamakaan mereka. Hal tersebut dikarenakan amal kejelekan yang dilakukan ketika hidup di dunia. Pada situasi demikian, ada beberapa golongan yang memperoleh perlindungan dari Allah subhânahû wa ta’âlâ dari keadaan yang menakuntukan tersebut. Siapa mereka? Tidak lain adalah mereka yang disabdakan oleh Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلَّا ظِلُّهُ اِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ اِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَى يَعُوْدَ، وَرَجُلَاِن تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ فِيْ خَلْوَةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ اِمْرَأَةٌ ذَات َمَنْصَبٍ وَجَمَالٍ اِلَى نَفْسِهَا فَقَالَ اِنِّي اَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهَ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ. رواه الشيخان ـ Artinya “Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di dalam naungan Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah subhânahû wa ta’âlâ, yaitu 1. Pemimpin yang adil 2. Pemuda yang tumbuh dalam beribadah atau mengabdi kepada Allah. 3. Seseorang yang hatinya tergantung di dalam masjid ketika ia berada di luar masjid hingga ia kembali lagi ke masjid. 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Berkumpul dan berpisah karena Allah. 5. Seseorang yang berdzikir atau ingat Allah dalam kesunyian lalu kedua matanya mengalirkan air mata. 6. Seorang laki-laki yang digoda oleh perempuan berkedudukan tinggi, berlimpah harta dan cantik jelita, lalu laki-laki itu menjawab, “Sesunguhnya aku takut kepada Allah.”. 7. Seseorang yang merahasiakan amalnya, sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Hadirin hafidhakumullâh, Dengan keterbatasan waktu khutbah ini, kami tidak akan menguraikan satu persatu tentang tujuh golongan di atas. Kami hanya ingin sedikit fokus kepada golongan ketiga saja, yakni شَابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ اللهِ “Golongan pemuda yang hidupnya tumbuh dan berkembang untuk selalu beribadah, mengabdikan dirinya kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ.” Jamaah Jumat yang berbahagia, Di hari kiamat kelak, Allah akan memberikan apresiasi yang besar kepada para pemuda yang tekun beribadah. Kenapa? Karena banyak pemuda biasanya memang selalu cenderung rawan menjauh dari hal-hal positif yang bersifat mengabdi atau beribadah kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ. Tidak sedikit daori mereka mengabdi atau mengikuti kesenangan hawa nafsunya sendiri. Hadirin, Menjadi pemuda rajin beribadah yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah subhânahû wa ta’âlâ tentu tidak mudah. Perlu tekad yang kuat dan didasari dengan keimanan yang kokoh kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ. Sehingga beribadahnya menjadi lifestyle atau hobi, yaitu kesenangan yang pada gilirannya merasa menjadi kebutuhan. Jika seorang hamba dalam pengabdiannya kepada Allah merasa sebagai kebutuhan, maka kebutuhan hidupnya di dunia akan dipenuhi oleh Allah 'azza wa jalla. Sebagaimana Allah telah berfirman وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا Artinya “Dan tidaklah ada makhluk yang melata di atas bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya.” Hadirin yang berbahagia, Pemuda yang hidupnya tumbuh untuk beribadah sekaligus juga mempunyai kewajiban menjadi pemuda yang berakhlak mulia, rendah hati, tidak sombong, sabar, tidak serampangan, tidak mudah tersulut kemarahannya, jujur, tidak suka bohong, bisa dipercaya, tidak khianat, rajin, tidak menjadi pemuda yang pemalas, suka menolong, tidak individualis, peduli pada lingkungannya, dermawan, suka memaafkan, tidak pendendam, menghormati dan menghargai orang lain, tidak suka menghina serta sikap-sikap terpuji lainnya. Dengan demikian, jika ada pemuda ahli ibadah dan kehidupan kesehariannya bagus, Allah akan memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya. Ketika ia mati, kelak pada saat orang sedunia dikumpulkan menjadi satu dari generasi Nabi Adam hingga orang yang lahir besok saat mendekati kiamat, semua berkumpul dalam hiruk-pikuk yang agung. Pada saat tidak ada naungan sama sekali. Semua merasakan panas yang sangat terik. Pemuda yang ahli ibadah tadi mempunyai prioritas dari Allah. Ia akan mendapatkan naungan, sehingga ia tidak kepanasan. Pemuda itu adalah pemuda yang rajin beribadah dan sudah barang tentu sikap dan perilakunya baik terhadap sesama. Mudah-mudahan Allah subhânahû wa ta’âlâ senantiasa membimbing kita termasuk didalam tujuh golongan tadi, yang kelak kita akan mendapatkan naungan dan perlindungan Allah di padang mahsyar kelak. Semoga Allah menjauhkan lingkungan kita dari pemuda yang suka mabuk-mabukan, suka berjudi, mencuri, berpacaran membawa wanita bukan mahramnya ke sana-ke mari, semoga Allah menjauhkan mental remaja kita yang bobrok, semoga diselamatkan mereka, dientaskan menjadi remaja yang dekat kepada Allah, dekat kepada masjid, takwa kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ, amin. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ Khutbah II الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ KH Hanief Isma'il, Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang
- Khutbah Jumat singkat pekan ini mengambil tema yang berkaitan dengan Sumpah Pemuda, yakni menjadi generasi muda Islami yang warahmatullaahi wabarakatuh..إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا, أَمَّا بَعْدُ Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita kembali dalam majelis khotbah dan salat Jumat pada hari ini. Salawat dan salam tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad salallaahu 'alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan iman Jumat Singkat Sumpah Pemuda Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Hari ini Jumat, 28 Oktober 2022 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ikrarnya dicetuskan pada tahun 1928 Pemuda seperti yang kita semua tahu, mempunyai dampak yang besar bagi negeri tercinta Pemuda mendorong bangsa Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang lepas dari penjajahan. Sumpah Pemuda merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dari perjuangan yang bersifat lokal/kedaerahan menjadi perjuangan yang bersifat masa itu, para pemuda-pemudi Indonesia menyadari bahwa perjuangan yang bersifat kedaerahan adalah sia-sia. Mereka juga sadar bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan, cita-cita kemerdekaan RI dapat diraih. Oleh sebab itu, pada 28 Oktober 1928 atau 94 tahun yang lalu, perkumpulan pemuda-pemudi Indonesia mengadakan Kongres Pemuda II di Batavia sekarang namanya Jakarta untuk mencapai satu tujuan, yakni menyatukan misi dan visi demi menyongsong cita-cita pertemuan itu, tentu saja mereka harus mengesampingkan ego masing-masing agar tercipta satu Tanah Air, satu bangsa dan satu bahasa untuk kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah, Tak hanya ego, akhlak mulia juga perlu dikedepankan agar negara ini selalu dalam suasana aman dan tentram. Kita sebagai generasi Islami juga harus memiliki akhlak yang antara akhlak-akhlak yang mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang bisa menyakiti orang lain, dan menahan diri ketika kita SAW bersabda“Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya.” HR. Abu DawudMengenai akhlak mulia ini, dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 13 disebutkan orang yang paling mulia adalah ia yang paling SWT berfirmanيٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌYaaa ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min zakarinw wa unsaa wa ja'alnaakum shu'uubanw wa qabaaa'ila lita'aarafuu inna akramakum 'indal laahi atqookum innal laaha 'Aliimun khabiirArtinya "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." QS. Al-Hujurat [18] 13Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, berasal dari keturunan yang sama, yakni Adam dan Hawa. Di mata Allah, semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal, dan tujuannya akan saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Karena itu, kita sebagai manusia biasa berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di sisi Allah, yang artinya akhlak mulia juga harus bisa senantiasa kita miliki dan kita jaga. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang luput dari jamaah Jumat rahimakumullah,Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar bahwa ia berkataRasulullah SAW pernah melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna terputus sebagian pada hari Fath Makkah atau hari pembebasan Mekkah. Lalu Baginda Rasulullah menyentuh tiang Kakbah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan atau menurunkan untanya di masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu menderumkannya di sana. Kemudian Rasulullah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, sembari berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan pada kalian keburukan perilaku Jahiliah. Wahai manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam orang yang berbuat kebajikan, bertakwa, dan mulia di sisi Tuhannya. Dan orang yang durhaka, celaka, dan hina di sisi Tuhannya". Selanjutnya Rasulullah membaca ayat ya ayyuhan-nas inna khalaqnakum min dhakarin wa untsa, Beliau membaca sampai akhir ayat, lalu berkata, "Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. Riwayat Ibnu hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar.Masya Allah, Rasulullah yang paling mulia akhlaknya, tinggi derajatnya dan dijamin masuk surga oleh Allah saja selalu memohon ampun atas perbuatannya dan masih rendah hati atas apa-apa yang yang sepatutnya menjadi contoh bagi kita semua untuk mau selalu berperilaku rendah hati dan menjaga akhlak demi ketakwaan kita kepada Allah jamaah Jumat yang senantiasa dirahmati Allah,Demikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga apa yang disampaikan kali ini dapat menjadi makrifat dan kita semua senantiasa bisa terus menjaga akhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah para generasi Islam, mari terus kokohkan persatuan Indonesia demi meneruskan cita-cita perjuangan para pahlawan negeri taufik walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi juga Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Menjadi Orangtua Teladan bagi Anak Makna Sumpah Pemuda Sejarah, Isi, Arti Tanggal 28 Oktober 1928 Sejarah, Semangat dan Komitmen Sumpah Pemuda di Masa Kini - Pendidikan Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Khutbah Idul Fitri kali ini untuk menyemangati para pemuda supaya menjadi lebih pemberani dalam membela Islam. Khutbah Pertama Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu robbuna wa yardho. Asy-hadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika laah wa asy-hadu anna Muhammadan abduhu wa rasuuluh. Allahumma sholli ala Muhammad wa ala aalihi wa man taabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin. Yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaha haqqo tuqootihi wa laa tamuutunna illa wa antum muslimin Allahommanfa’anaa bi maa allamtanaa wa alimnaa maa yanfa’unaa wa zidnaa ilmaa Amma ba’du … Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Detik ini kita telah berada di hari yang fithri, hari tidak berpuasa, setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah shiyam. Kita saat ini telah berada di hari kegembiraan. Kita bangga dengan puasa kita di saat kita berbuka dan berbangga pula dengan bekal puasa di hadapan Allah kelak. اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Kumandang takbir pun sebagai penyempurna ibadah shiyam yang kita jalani selama sebulan penuh. Allah Ta’alaberfirman, وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” QS. Al Baqarah 185 اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Tema yang kita bahas kali ini adalah seputar pemuda agar penyemangat bagi mereka untuk segera bangkit dari tidur-tidur mereka. Kita lihat dalam khutbah Idul Fitri kali ini siapakah di antara mereka yang benar-benar mulia dan bagaimana penyimpangan saat ini serta bagaimana bandingan dengan anjuran Nabi shallallahu alaihi wa sallamdan keadaan pemuda pada masa emas Islam pada masa sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Moga Allah beri taufik dan hidayah bagi semua. اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Ini hadits pertama yang membicarakan tentang pemuda. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallambersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya di antaranya وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ “Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,”HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031 Kalau sifat pemuda saat ini zaman now Israf dan tabdzir israf adalah memanfaatkan sesuatu berlebih dan tabdzir adalah memanfaatkan sesuatu kepada tempat yang tidak pantas atau maksiat Pemudinya buka-bukaan aurat Waktu banyak habis dengan hal yang sia-sia Senangnya mabuk-mabukan Senangnya pacaran hingga berzina Takut untuk menikah, namun senang berzina Pemuda malas berjamaah di masjid Paling durhaka kepada orang tua dan senang membentak orang tuanya Kurang berada dalam majelis ilmu tidak pernah mau menuntut ilmu agama Sebenarnya Allah kagum kepada pemuda yang berada di jalan yang lurus Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ “Sungguh Allah sangat mengagumi seorang pemuda yang tidak menyimpang dari kebenaran.” HR. Ahmad, 4151. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi Lihatlah amanah besar yang diberikan kepada para pemuda pada masa silam Abu Bakar pernah berkata kepada Zaid bin Tsabit dan ketika itu hadir pula Umar bin Al-Khattab, إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ وَلاَ نَتَّهِمُكَ ، كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْىَ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ “Engkau itu seorang pemuda yang cerdas dan kami pun tidak ragu padamu, engkau dahulu pernah menulis wahyu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, telusurilah Al-Qur’an lalu kumpulkanlah.” HR. Bukhari, no. 4679 Ini juga pujian dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu pada seorang pemuda seperti Zaid bin Tsabit yang diberi amanah untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Para pemuda harusnya menjauhi maksiat sejak masa muda, balasannya Allah akan menjaganya ketika tua Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memberi nasehat pada Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, يَا غُلاَمُ إِنِّى أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ “Wahai anak kecil, jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1293. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Pemuda tujuh tahun sudah menjadi imam shalat Amr bin Salimah pernah menjadi imam sejak usia belia. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari hadits berikut, Amr bin Abi Salimah menyatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, صَلُّوا صَلاَةَ كَذَا فِى حِينِ كَذَا ، وَصَلُّوا كَذَا فِى حِينِ كَذَا ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ ، فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا » . “Lakukanlah shalat ini pada waktu ini dan shalat itu pada waktu itu. Jika waktu shalat sudah masuk, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan yang paling banyak hafalan Qur’annya hendaklah menjadi imam.” Amr lantas mengatakan, فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّى ، لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنَ الرُّكْبَانِ ، فَقَدَّمُونِى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ ، وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ ، سِنِينَ “Mereka semua saling memandang. Ketika itu tidak ada yang punya hafalan Qur’an yang lebih banyak dari diriku, karena sudah banyak mendapatkan hafalan dari para pengendara dahulu. Mereka pun mengajukan diriku sebagai imam bagi mereka, padahal aku masih berusia enam atau tujuh tahun.” HR. Bukhari, no. 4302 Para pemuda yang benci kepada orang kafir, bukan senang menyerupai mereka Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu menceritakan, “Ketika Perang Badar aku berada di tengah saja dari sisi kanan dan kiriku muncul dua orang pemuda yang masih sangat belia. Aku berharap seandainya saat itu aku berada di antara tulang-tulang rusuk mereka untuk melindungi mereka, pen.. Salah seorang dari mereka mengedipkan mata kepadaku dan berkata, “Wahai paman, engkau kenal Abu Jahal?” Kukatakan kepadanya, “Anakku, apa yang akan kau perbuat dengannya?” Pemuda itu kembali berkata, “Aku mendengar bahwa ia telah mencela Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku pun bersumpah kepada Allah seandainya aku melihatnya niscaya aku akan membunuhnya atau aku yang akan mati di tangannya.” Aku pun tercengang kaget dibuatnya. Lalu pemuda yang satunya lagi mengedipkan mata kepadaku dan mengatakan hal yang sama kepadaku. Seketika itu aku melihat Abu Jahal berjalan di tengah kerumunan orang. Aku berkata, “Tidakkah kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi.” Mereka pun saling berlomba mengayunkan pedangnya hingga keduanya berhasil membunuh Abu Jahal.” Kemudian mereka menghadap Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian berdua yang membunuhnya?” Keduanya mengacung lalu mengatakan, “Saya yang telah membunuhnya.” Rasul shallallahu alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?” Mereka menjawab, “Belum.” Perawi berkata, “Lalu beliau memeriksa pedang mereka dan bersabda, كِلاَكُمَا قَتَلَهُ Kalian berdua telah membunuhnya.’” Kemudian beliau memutuskan bahwa harta rampasannya untuk Mu’adz Ibnu Amr Ibnu al-Jamuh. Kedua pemuda itu adalah Mu’adz bin Afra’ dan Mu’adz bin Amr bin Al-Jamuh.HR. Bukhari, no. 3141 dan Muslim, no. 1752 Cara membahagiakan orang tua Atha’ pernah ditanya oleh seseorang yang ibunya meminta kepadanya untuk shalat wajib dan puasa Ramadhan saja tidak ada amalan sunnah, pen., apakah perlu dituruti. Atha’ mengatakan, “Iya tetap dituruti perintahnya tersebut.” Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 67. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 398 Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang dirinya dan orang tuanya disayangi oleh Rasul shallallahu alaihi wa sallammenyatakan bahwa ia memiliki seribu pohon kurma. Ia memang sengaja mempercantik atau merapikannya. Lalu ada yang berkata pada Usamah, kenapa bisa sampai lakukan seperti itu. Usamah menjawab bahwa ibunya sangat suka jika melihat keadaan kebun kurma itu indah, maka ia melakukannya. Apa saja hal dunia yang diminta oleh ibunya, ia pasti memenuhinya. Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 225. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 396 Nikah muda itu jadi ajaran Nabi, bukan menunda nikah, bukan takut menikah, bukan orang tua persulit nikah hingga mapan Dari Alqamah, ia berkata bahwa ia pernah berjalan bersama Abdullah di Mina. Lantas Abdullah bertemu dengan Utsman. Ia pun berdiri bersama Utsman kemudian berbincang-bincang, Utsman berkata pada Abdullah, “Wahai Abu Abdirrahman, kenapa engkau tidak menikahi seorang gadis saja yang masih muda supaya ia mengingatkanmu pada masa lalumu.” Abdullah mengatakan, “Dorongan untuk menikah seperti itu pernah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada kami, يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ » “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah , maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” HR. Bukhari, no. 5065 dan Muslim, no. 1400. Pemuda kalau menurut ulama Syafi’iyah adalah mereka yang berusia di bawah 30 tahun. Syarh Shahih Muslim, 9154 Dari penjelasan ini, mana sekarang pemuda pemberani? Mana pemuda yang Tidak mau boros dan tidak menyusahkan orang tuanya, mau bekerja dan mandiri? Menutup aurat, bukan umbar aurat? Pintar memenej waktu dan memanfaatkannya untuk kebaikan? Yang tidak gemar bermaksiat? Yang gemar berada di lingkungan yang baik? Yang berani menikah dan tidak cemen, bukan maunya terus berzina? Yang shalat lima waktu rutin di masjid, mengumandangkan azan, dan menjadi imam shalat? Senang berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua? Senang tholabul ilmu ngaji biar semakin dekat kepada Allah? Kami tunggu pemuda-pemuda pemberani yang moga bangkit segera setelah Ramadhan ini. Aquulu qouli hadza, wastaghfirullaha lii wa lakum wa li saa-iril muslimin innahu huwas sami’ul aliim. Khutbah Kedua Ahmadullah Robbi wa asykuruhu, wa asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh, Allahumma shalli wa sallim ala nabiyyinaa Muhammad wa ala aalihi wa ash-habihi ajma’in. Jamaah Shalat Ied yang moga senantiasa diberkahi oleh Allah Ta’ala … Hari ini juga punya keistimewaan karena bertemunya dua ied yaitu shalat Idul Fitri dan shalat Jumat. “Ibnu Az-Zubair ketika hari ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az-Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu Abbas berada di Thaif. Ketika Ibnu Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan ajaran Nabi ashobas sunnah.” HR. Abu Daud no. 1071. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih. Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamberjumpa dengan hari ied Idul Fithri atau Idul Adha, pen, satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minkaSemoga Allah menerima amalku dan amal kalian.” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Fath Al-Bari, 2446 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى اللَّهُمَّتَقَبَّلْ صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتِلاَوَتَنَا إِنَّكَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ أكْثِرْ أَمْوَالَنَا، وَأَوْلاَدَنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَنَا وَأطِلْ حَيَاتَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Taqabbalallahu minna wa minkum shalihal a’mal. Kullu aamin wa antum bi khair. — Diselesaikan pada Jumat pagi, 1 Syawal 1439 H 15-06-2018 di rumah tercinta Dusun Warak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul, persiapan Khutbah Ied di Pesantren Darush Sholihin Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Khutbah Jumat tentang “Kekuatan Seorang Pemuda Muslim” ini kami catat dari khutbah Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, Hafizhahullahu Ta’ala. Khutbah Jumat Pertama Kekuatan Seorang Pemuda MuslimKhutbah Jumat Kedua Kekuatan Seorang Pemuda MuslimVideo Khutbah Jumat Kekuatan Seorang Pemuda Muslim Kaum muslimin sekalian, Sesungguhnya para pemuda adalah sendi umat ini. Mereka adalah generasi yang akan datang, merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Maka agama Islam sangat memperhatikan para pemuda. Agama Islam memberikan perhatian yang besar untuk para pemuda. Karena masa muda adalah masa yang paling berharga, masa keemasan, yang apabila masa ini telah berlalu tentu tidak akan kembali lagi. Olehnya itu para pemuda harus senantiasa berjihad terus-menerus melawan syaithon, melawan hawa nafsunya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ “Manfaatkanlah lima perkara, sebelum datang lima perkara setelahnya”, dan di antaranya وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ “Masa mudamu sebelum datang masa tuamu”, juga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ “Ada tujuh orang yang akan diberi naungan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari yang tidak ada naungan pada hari itu” وَذَكَرَهُ مِنْهُم dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan, salah satu di antara tujuh orang tersebut adalah شَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ “Pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla” Maka kaum muslimin sekalian, يـــا شباب الإسلام.. Wahai para pemuda Islam, merupakan nikmat yang sangat besar dan karunia yang sangat agung, kalian semua berada di tempat yang mana di sini kita menuntut ilmu agama, beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka syukurilah nikmat ini, jagalah nikmat ini, karena nikmat ini akan ditanya akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ “Tidak akan bergerak dua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampainya ditanya tentang empat perkara, عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ “Tentang umurnya untuk apa dihabiskan” وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ “Tentang masa mudanya untuk apa ia kerahkan” وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ “dan tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan ke mana ia belanjakan” وَعَنْ عَلِمهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ “dan tentang ilmunya apa yang ia lakukan dengannya” HR. Tirmidzi Maka kaum muslimin sekalian, kebaikan umat adalah jika para pemudanya baik. Maka dari itu para pemuda harus mencontoh pemuda-pemuda di zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang mereka adalah pemuda-pemuda yang shaleh, yang menghabiskan waktunya dan memanfaatkannya untuk kebaikan dunia dan akhirat. Maka wahai para pemuda sekalian, hendaklah kalian berhati-hati dari perangkap-perangkap syaithon, dari godaan-godaan syaithon. Allah Ta’ala berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ … “Wahai orang-orang yang beriman berhati-hatilah kalian…” QS. An-Nisa[4] 71 Karena para pemuda harus menjadi orang yang cerdas, pemuda yang tidak mudah diombang-ambingkan, pemuda yang mempunyai prinsip yang kokoh. Dan musuh-musuh Islam sangat mengetahui perkara ini. Mereka dengan segala cara berusaha untuk menyesatkan para pemuda. Maka kewajiban para pemuda adalah jangan sampai memberikan kesempatan kepada musuh-musuh Islam untuk merusak pemikiran mereka, merusak aqidah mereka. Jangan sampai para pemuda memberikan kesempatan kepada musuh-musuh Islam untuk merusak aqidah, manhaj para pemuda. Hendaklah kalian mencontoh Pemuda Ashabul Kahfi yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى “Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan petunjuk untuk mereka.” QS. Al Kahfi[18] 13 وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ “dan kami kuatkan hati mereka dengan keimanan.” QS. Al Kahfi[18] 14 Karena kekuatan pemuda adalah jika mereka beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentu pemuda di zaman ini dikelilingi oleh banyak sekali godaan, banyak sekali fitnah, sehingga para pemuda harus memperkuat iman mereka, para pemuda harus bersemangat untuk menuntut ilmu, para pemuda harus selalu dekat dengan para Ulama, para asatidzah, ahli ilmu. Para pemuda harus rajin bertanya kepada mereka dan mengambil pesan-pesan dan nasihat para Ulama. Ma’asyiral Muslimin, Dan kita yang berada di Ma’had ini, juga perlu mengingatkan kepada para guru, kepada para asatidzah, para pembina, para musyrif, untuk menyadari besarnya tanggung jawab, mendidik generasi kaum muslimin. Jangan sampai kita memberikan kepada mereka contoh-contoh yang salah, ajaran-ajaran yang tidak benar, sehingga sebelum kita menyampaikan sesuatu kepada mereka, hendaklah kita memperhatikan apakah yang kita sampaikan adalah kebenaran. Dan syaithon adalah musuh yang nyata bagi manusia. Syaithon selalu berusaha untuk menyesatkan manusia, terutama para pemuda. Syaithon baik dari kalangan jin dan manusia berusaha sekuat tenaga untuk merusak para pemuda. Dan tentu tidak ada solusi, tidak ada jalan keluar, kecuali dengan memperkuat iman kita, memperkuat ilmu kita ilmu syar’i ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Khutbah Jumat Kedua Kekuatan Seorang Pemuda Muslim Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena takwa adalah sebaik-baik bekal di dunia dan di akhirat. Masa muda adalah masa kekuatan, maka seorang pemuda disamping ia mempunyai kekuatan, ia juga harus mempunyai rasa rahmat, rasa kasih sayang, lembut kepada sesama muslim. Allah Ta’ala berfirman فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ “Karena dengan rahmat dari Allah engkau lembut kepada mereka, seandainya engkau kasar/keras mereka akan lari darimu” QS. Ali Imran[3] 159 Maka hendaklah para pemuda selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik. Hendaklah para pemuda berusaha untuk memiliki budi pekerti yang indah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda إنَّ مِن خِيَارِكُمْ أحْسَنَكُمْ أخْلَاقًا “Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” Muttafaqun Alaih Juga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَا مِنْ شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ “Tidak ada yang lebih berat timbangannya pada hari kiamat nanti melebihi akhlak yang baik.” HR. Abu Dawud, Tirmidzi Juga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ “Sesungguhnya seorang mukmin bisa mencapai dengan akhlaknya yang baik derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat.” HR. Ahmad dan Abu Dawud Dan manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ “Sesungguhnya manusia terbaik manusia yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.” HR. Ath Thabrani. Maka jangan sampai kita menyakiti teman kita, menyakiti tetangga kita, apalagi menyakiti guru kita, orang tua kita, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Muslim sejati adalah yang muslim lainnya selamat dari tangan dan lisannya.” HR. Bukhari dan Muslim Juga di antara hadits yang mencakup makna yang luas adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” HR. Bukhari Video Khutbah Jumat Kekuatan Seorang Pemuda Muslim Sumber Video Ponpes Imam Bukhari Mari turut menyebarkan Khutbah Jumat Tentang Kekuatan Seorang Pemuda Muslim di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
khutbah jumat tentang pemuda akhir zaman